Selembar CEK

Friday, September 21, 2007      0 comments

Di sebuah keluarga, tinggallah seorang ayah dengan putra tunggalnya yang
sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa tahun yang lalu
telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki kesamaan minat yakni mengikuti
perkembangan produk otomotif.

Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke
sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah mencukupi,
kira-kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli. Sambil bersenda
gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil impian mereka.

Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam hati,
"Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah kelulusanku.
Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan alangkah hebatnya
bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara ke kantor dengan mobil
baru," harapnya dengan senang. Membayangkan dirinya memakai baju rapi
berdasi, mengendarai mobil ke kantor.

Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera
dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah kitab suci
di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap terima kasih tetapi
hatinya sungguh kecewa. "Bukannya aku tidak menghargai hadiah dari ayah,
tetapi alangkah senangnya bila isi kotak itu adalah kunci mobil," ucapnya
dalam hati sambil menaruh kitab suci kembali ke kotaknya.

Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si
ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan, tak lama
si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan kepada putranya.

Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-barang,
mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya yang tergeletak
berdebu di pojok lemari. Dia teringat itu hadiah ayahnya saat wisuda yang
diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak penutup, dan untuk pertama
kalinya kitab suci hadiah pemberian si ayah dibacanya.

Saat membaca, tiba-tiba sehelai kertas terjatuh dari selipan kitab suci.
Alangkah terkejutnya dia. Ternyata isinya selembar cek dengan nominal
sebesar harga mobil yang diinginkan dan tertera tanggalnya persis pada hari
wisudanya.

Sambil berlinang airmata, dia pun tersadar. Terjawab sudah, kenapa mobil
kesayangan ayahnya dijual. Ternyata untuk menggenapi harga mobil yang hendak
dihadiahkan kepadanya di hari wisuda. Segera ia pun bersimpuh dengan
memanjatkan doa, "Ayah maafkan anakmu yang tidak menghargai hadiahmu ・
Walau terlambat, hadiah Ayah telah kuterima・ Terima kasih Ayah.. Semoga
Ayah berbahagia di sisiNYA, amin".

Tidak jarang para orang tua memberi perhatian dengan alasan dan caranya
masing-masing. Tetapi dalam kenyataan hidup, karena kemudaan usia anak dan
emosi yang belum dewasa, seringkali terjadi kesalahfahaman pada anak dalam
menerjemahkan perhatian orang tua.

Jangan cepat menghakimi sekiranya harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebaliknya tidak menjadikan kita manja hingga selalu menuntut permintaan.

Mari belajar menjadi anak yang pandai menghargai setiap perhatian orang
tua.[aw]


brokethesoul

AddThis Social Bookmark Button

0 comments:

 
template by : uniQue  |    modified by : Brokethesoul